Halaman


.::Mari Menjadikan Di Setiap Hembusan Nafas Kita Hanya Untuk Menggapai Ridho ALLAH Subhanahu wa ta'ala, InsyaALLAH::.

Senin, 18 Februari 2008

Seri Motifasi & Manajemen Diri Muslim, "Kekuatan Motivasi"

Senayan Publishing

Cerdas dan Berkualitas


Seri Motivasi & Manajemen Diri Muslim


Kekuatan Motivasi

Oleh: Okke Nurtama


“… Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka

bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang

yang bertawakal.” (Ali 'Imran [3]: 159)


Dalam suatu sesi pelatihan motivasi, seorang motivator selaku trainer

membawakan sebuah cerita. Memang terkesan seperti dongeng. Namun, pada

prinsipnya bahwa seluruh peserta diminta mengambil “poin terpenting” di akhir cerita

tersebut. Si trainer mulai menuturkan cerita tersebut.


“Suatu hari seorang pemburu bersama anjing terlatihnya masuk ke hutan untuk

berburu. Pemburu ini lebih senang berburu tanpa senjata seperti bedil ataupun panah

dan senjata tajam. Dia hanya mengandalkan keahlian anjingnya untuk menangkap

binatang buruan yang dia inginkan. Soal keahlian anjingnya tak perlu diragukan lagi.

Hampir seratus persen selalu berhasil mengejar dan menangkap mangsanya.

Setelah masuk agak ke dalam hutan terlihat seekor kijang betina di kejauhan.

Kijang itu sedang hamil rupanya. Walaupun ia sedang makan rerumputan namun

telinganya senantiasa waspada terhadap bahaya pemangsa. Kontan saja si pemburu

segera memberi perintah kepada anjing terlatihnya untuk menangkap kijang itu. Secepat

kilat terjadilah sebuah adegan pengejaran seru: anjing jenis herder pemburu mengejar

seekor kijang betina.

Sudah sepuluh menit berlalu, namun anjing itu belum berhasil menangkap

buruannya. Boro-boro menangkap, menyentuh buruannya saja belum berhasil. Semakin

gesit anjing itu mengejar, semakin cepat pula kijang itu berlari. Jalan berpohon-pohon,

berbatu-batu, mendaki, menurun, hingga jalan yang datar sekalipun tidak memberi satu

peluang pun bagi si anjing agar mudah menerkam mangsanya. Akhirnya setengah jam

telah berlalu. Si anjing pun kehabisan napas dan menghentikan pengejarannya. Melihat

si anjing kini berhenti, si kijang berdiri saja dan tersenyum dekat si anjing sambil

mengatur napas. Kemudian terjadilah dialog antara si anjing dengan si kijang.

Si anjing berkata, ‘Jang, Jang (Kijang)… kenapa sih kamu larinya kencang

betul? Aku nggak sanggup lagi mengejar kamu. Padahal aku ini anjing terlatih, lho.

Selain itu, kamu juga sedang hamil, kan?’

Apa jawaban si kijang? Kalau cerita ini menjadi ajang iklan mungkin dijawab,

‘Kijang memang tiada duanya’, tapi tidak demikian, si kijang menjawab dengan sejujur-

jujurnya, ‘Jing (Anjing), nggak ada yang istimewa dari cara aku berlari. Kalau kamu

berlari dengan tujuan hanya mengejar prestasi menyenangkan tuanmu, tapi kalau aku

berlari karena ingin menyelamatkan nyawaku dan nyawa calon anakku di kandunganku.

Inilah yang membedakan tujuan kita berlari, sehingga aku bisa berlari jauh lebih cepat

dan lebih kuat daripada kamu.’”

Setelah ditanyakan kepada peserta training motivasi itu tentang “poin

terpenting” dari cerita tersebut, ternyata tak satu pun yang tepat menjawab. “Poin

terpenting” yang dimaksud adalah “kekuatan motivasi”. Ya, motivasi dan sekaligus

dengan kekuatannya memang bukan benda berwujud fisik, namun mampu

menggerakkan seseorang—dalam hal ini “diperankan” oleh si kijang betina itu—dan

membuat proses kesuksesan berjalan menjadi jauh lebih baik.

“Keajaiban” Kekuatan Motivasi

Kekuatan motivasi memang identik dengan “keajaiban” pencapaian keberhasilan

setiap orang. Semakin baik seseorang mempunyai motivasi diri, semakin baik dia

memiliki persediaan kekuatan motivasi dirinya. Tentunya seorang muslim harus

memiliki motivasi yang sangat tinggi, yaitu motivasi dalam koridor keridhaan Allah

swt.—seperti telah dibahas dalam materi sebelumnya yang menyajikan bagaimana

seorang muslim membuat (mengatur) visi dan misi hidupnya. Setelah kekuatan motivasi

berubah menjadi ‘azam (tekad yang kuat), seorang muslim sudah seharusnya “berjalan”

dalam proses aktivitasnya menuju ketakwaaan dan senantiasa bersabar dan bertawakal

kepada Allah swt. dalam menempuh “perjalanannya” tersebut.

Kisah di atas tentang “si kijang dan si anjing pemburu” memberi ibrah

(pelajaran) penting bagi kita bahwa si kijang betina yang sedang hamil pun—tanpa kita

sangka sebelumnya—ternyata mampu memiliki kekuatan motivasi yang luar biasa, jauh

di atas kekuatan motivasi si anjing pemburu. Bukankah motivasi yang kuat untuk

menyelamatkan nyawa dan nyawa calon anaknya itu—sebagai salah satu karunia Allah

swt. yang amat berharga bagi makhluk-makhluk-Nya—lebih baik dan lebih mulia

daripada sekadar penghargaan prestasi di mata manusia? Walaupun si anjing pemburu

itu terlatih, walhasil tanpa kekuatan motivasi yang benar dan maksimal ternyata

pencapaian target keberhasilannya masih di bawah rencana.

Memanfaatkan Otak Kita

Motivasi memang merupakan gabungan dari berbagai faktor yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku. Karena itu, motivasi

dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan

meningkatkan kualitas hidup pribadi yang bersangkutan. Ia mampu mendorong

seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali. Ia juga mampu membuat

manusia menjadi semangat atau tidak semangat melakukan sesuatu. Motivasi dapat

meningkat dan menurun sesuai perintah otak manusianya.

Inilah hubungan yang sangat erat—yang dapat kita simpulkan—bahwa otak kita

berperan penting dalam menghasilkan “keajaiban” kekuatan motivasi diri kita. Karena

motivasi muncul dari otak manusia dan motivasi juga merupakan salah satu kerja otak,

maka latihlah otak Anda yang telah Allah swt. ciptakan sangat canggih dengan latihan-

latihan yang bersifat memicu, menyadarkan, dan meningkatkan motivasi Anda. Tidak

mustahil, Anda akan memiliki kekuatan motivasi yang canggih karena berangkat dari

otak Anda yang canggih dengan dilatih oleh cara-cara meningkatkan motivasi yang

canggih pula. Insya Allah di kesempatan berikutnya kita akan membahas beberapa

langkah meningkatkan motivasi diri. Wallahu a’lam